Saturday, September 5, 2015

My First at Campus

Assalamualaikum wr. wb.

Tanggal 5 September 2015 ini adalah hari pertama saya di kampus yang nanti saya akan mulai perkuliahan. Suatu awal untuk memulai masa depan yang lebih baik, Insya Allah. Semoga saya bisa menyelesaikan kuliah ini sampai lulus dan mendapatkan gelar sarjana tanpa adanya kendala baik waktu maupun biaya, aaamiiin. 
Ada hal menarik dalam saya mengambil jurusan yaitu Teknik Informatika, jurusan ini tidak sesuai jika dihubungkan kepada pengalaman kerja saya yang lebih banyak di sipil/proyek dan properti. Mungkin jika nasib saya ke depannya tetap di properti maka jurusan yang saya pilih mungkin tidak banyak menunjang karir saya dalam dunia sipil/proyek/properti, tapi ingat nasib bisa berubah, kita tidak tau apa yang akan bisa terjadi esok, sebagai manusia kita hanya bisa berbuat yang terbaik pada hari ini. 
Saya sudah memikirkan masak masak dalam mengambil jurusan ini, informatika adalah minat saya dan terbukti memang saya berbakat dalam jurusan ini, dibuktikan lewat hasil kuliah D1 saya di El Rahma Education Center di Mampang Jakarta Selatan sebagai lulusan terbaik 1. 
Apapun yang terjadi nanti dalam karir saya, saya merasa harus memilih dan melakukan apa yang saya sukai dalam kuliah ini, jadi saya menjalani kuliah ini dengan ikhlas dan tenang. 
So just do the things that you like and be the best of it.

Wassalamualaikum wr. wb.

WHAT IS LEADERSHIP ?

Apa itu kepemimpinan, apa itu pemimpin?
 Ya menurut saya yang bodoh ini ada beberapa penjelasan menurut versi saya. Setelah beberapa kali ganti perusahaan dan tentu juga ganti atasan, membuat saya memperhatikan dan mengalami berbagai tipe kepemimpinan. Tidak perlu dijelaskan bagaimana kepemimpinan mereka, tapi yang pasti saya jadi tau pasti pemimpin yang bagaimana yang disukai bawahannya, saya bisa berkata seperti itu karena saya sendiri adalah bawahan yang merasakan langsung bagaimana mereka memimpin.
Hal yang utama sebagai pemimpin adalah uswatun hasanah yaitu menunjukkan dan melakukan contoh yang baik bagi bawahannya. Sebagai contoh pimpinan kerja sering datang terlambat, ini bisa jadi akan mempengaruhi bawahannya dalam perilaku kerja, atau pimpinan yang tidak masuk/tidak datang ke kantor yang tidak memberitahukan keberadaanya kepada anak buah sehingga susah dicari jika ada perlu. Nah jika sewaktu-waktu anak buahnya melakukan hal seperti atasannya tadi diatas dan atasannya marah atas perilaku anak buahnya maka jangan harap "omelannya" itu bisa merubah/memperbaiki perilaku kerja anak buahnya karena atasannya sendiri sering melakukan itu. Jadi pemimpin itu harus banyak berkaca diri.
Kemudian pemimpin itu harus bisa mengorganisasi dan memonitoring setiap anak buahnya dan pekerjaan anak buahnya, menanyakan apakah ada masalah atau tidak apakah ada kesulitan atau tidak dalam pekerjaannya, dan juga membantu kesulitan anak buahnya dalam pekerjaan maupun lingkungan kerjanya.
Pemimpin itu harus punya simpati dan empati, pemimpin yang baik adalah yang menganggap anak buahnya adalah bagian keluarganya, masalah anak buah baik dalam pekerjaan maupun dalam lingkungan kerjanya harus bisa dirasakan oleh pimpinannya sehingga bisa ada jalan keluar atas masalah-masalah tersebut. Pemimpin itu harus bisa memotivasi anak buahnya. Motivasi ini sangat penting karena sebagai bawahan yang berhubungan langsung dengan pihak luar baik itu customer atau klien atau kontraktor atau supplier yang mana pasti akan mengalami masalah dalam pekerjaannya. Masalah-masalah itulah yang bisa membuat anak buahnya mengalami penurunan semangat, disitulah pemimpin harus bisa memotivasi anak buahnya. 
Pemimpin yang baik itu harus mengesampingkan ego pribadi dan emosinya dalam memimpin, tidak menjatuhkan dan membuat bawahannya lebih merasa bersalah jika bawahannya melakukan kesalahan tapi harus lebih mengayomi, memberi peringatan yang proporsional dan mengembalikan semangat untuk memperbaiki kesalahan anak buahnya. 
Jadi pada akhirnya Pemimpin yang  baik akan membuat solid team yang dipimpinnya tersebut, pemimpin yang buruk akan membuat team yang dipimpinnya hancur perlahan-lahan. Mudah-mudahan hal yang saya tulis ini bisa memberi masukan dan mengingatkan kepada diri saya sendiri jika suatu saat saya dipercaya menjadi pemimpin untuk bisa menjadi pemimpin yang baik dan bisa memberikan uswatun hasanah, aaamiiin.

Friday, September 4, 2015

5 Mitos Leadership yang Salah

Banyak mitos yang salah tentang leadership atau kepemimpinan. Memang ilmu atau pelajaran tentang kepemimpinan bisa dibilang minim di bangku sekolah. Padahal kepemimpinan menjadi salah satu faktor penting penentu kesuksesan dalam berkarier maupun berkeluarga.
Sangat penting bagi siapapun juga, profesional yang sedang meniti karier di level apapun, untuk dapat memahami dan menerapkan kepemimpinan yang baik. Sayangnya, banyak mitos yang salah tentang leadership. Apa saja mitos tersebut?

Berikut 5 mitos yang salah tentang leadership yang perlu Anda ketahui:
    1.  Leadership bukan dibentuk tapi dilahirkan
      Karakteristik pemimpin tidak bersifat genetis. Tidak ada orang yang ketika lahir serta-merta dikaruniai gen pemimpin. Presiden Jokowi bukan semata ditakdirkan menjadi pemimpin. Meski lahir dari sebuah keluarga sederhana, ketika masa kanak-kanak, Jokowi sudah merasakan pahitnya menjadi korban gusur. Jokowi sudah diajarkan arti berjuang sejak kecil. Begitu juga dengan talenta di dunia musik. Meski ada sebagian besar musisi ternama yang lahir dari orang tua yang juga seorang musisi, namun jika bakat bermusik tidak dilatih sejak kecil, tidak mungkin seseorang akan berhasil di bidang tersebut. Begitu juga dengan seseorang yang tidak memiliki darah musisi dalam gennya, jika dia berlatih dengan tekun dan konsisten, bisa saja dia berhasil dalam bermusik. Leadership bisa dipelajari!
    2. Leadership adalah ilmu yang sulit dan langka
      Bukan sulit atau langka, leadership hanya jarang diajarkan. Dengan semakin terjebaknya orang tua dalam pekerjaan, semakin jarang pula anak-anak mendapatkan contoh apalagi arahan tentang kepemimpinan yang baik. Padahal keluarga adalah lingkup terkecil yang paling tepat untuk memperkenalkan prinsip dasar kepemimpinan pada anak-anak dan generasi penerus bangsa.
    3. Pemimpin hanya ada di atas
      Sebagian orang berpikir bahwa yang harus memiliki sifat pemimpin hanya orang-orang yang ada di atas atau di pucuk pimpinan sebuah organisasi. Hanya bos-bos saja yang bisa atau boleh memiliki karakteristik seorang pemimpin. Hal ini tidak benar. Menjadi pemimpin tidak sama dengan menjadi bos. Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan dan memotivasi karyawan, bukan soal posisi atau titel. Sekalipun bertitel direktur, jika seseorang tidak dapat menjalankan arahannya, dia bukan seorang pemimpin yang baik. Ya, dia seorang direktur, tapi bukan pemimpin.
    4. Semua pemimpin pasti berkharisma tinggi
      ‘Kharisma’ adalah kemampuan seseorang bersosialisasi dengan baik dan santun dengan orang-orang di sekitarnya, sehingga orang tersebut mendapatkan rekognisi dan dihormati. Kharisma membuat seseorang dikenal dan membuka pintu kesempatan. Namun, kharisma saja tidak cukup untuk menjadikan Anda seorang pemimpin sejati. Anda membutuhkan kredibilitas. Ibaratnya, kharisma akan membukakan pintu, namun kredibilitas lah yang akan membuat Anda disegani.
    5. Dibutuhkan manipulasi untuk memimpin
      Contoh manipulasi misal bos Anda mengatakan, “Kamu akan saya naikkan jadi manajer kalau penjualan naik 200%,” lalu setelah Anda berhasil menaikkan penjualan menjadi 200%, bos Anda mengatakan, “Gini ya… ternyata saya ada arahan dari direksi, kamu masih belum pantas jadi manajer.” Pemimpin yang baik seharusnya tidak memanipulasi, tapi memotivasi, yakni memberi nilai yang mampu dan pasti menggerakkan kepentingan semua pihak.
Itulah lima mitos yang salah dari pemahaman soal kepemimpinan. Mendalami kepemimpinan jelas akan membantu Anda dalam berkarier. Banyak sekali teori kepemimpinan yang dapat Anda jadikan referensi, salah satunya ajaran John C. Maxwell. Dalam salah satu bukunya yang berjudul The 21 Irrefutable Laws of Leadership, ada 21 pokok bahasan inti ilmu kepemimpinan. Dua di antaranya:

The Law of Influence
Menilai seorang pemimpin sejati adalah dari kemampuannya dalam menggerakkan dan mempengaruhi orang lain. Tidak lebih, tidak kurang.
Seseorang yang tidak memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain, tidak akan bisa memimpin orang lain. Kepemimpinan sejati tidak bisa ditunjuk atau ditugaskan. Sekali lagi, seorang direktur bisa ditunjuk, namun seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan timnya.
Kepemimpinan perlu diperjuangkan, bukan sesuatu yang jatuh dari langit. Titel mentereng sepertidirekturgeneral manager, vice president, hanya bisa membeli waktu. Maksudnya, saat Anda mulai menjabat, anak buah memang akan mendengarkan Anda karena Anda adalah atasan mereka. Namun beberapa saat kemudian, tanpa leadership yang baik, dalam waktu singkat Anda akan menjadi atasan tanpa anak buah yang mengikuti.
Bagaimana cara menggerakkan tim Anda? Seperti di atas; dengan motivasi, bukan manipulasi.

The Law of Process
Kepemimpinan Itu dibentuk setiap hari, bukan dalam satu hari.
Menjadi seorang pemimpin ibaratnya melakukan investasi di pasar saham; jangan berharap bisa kaya dalam satu hari. Seperti saat duduk di bangku perguruan tinggi, kelulusan dan ijazah tidak Anda terima dalam satu atau dua hari, namun tiga sampai empat tahun.
Sebagai pemimpin yang baik, Anda harus percaya the law of process; tidak ada yang instan, semua harus dipelajari. Dalam sebuah studi terhadap 90 pemimpin terbaik, kemampuan untuk mengembangkan dan meningkatkan talenta berorganisasi dan memimpin menjadi garis pemisah yang jelas antara pemimpin dan pengikut.
Pemimpin sejati tidak pernah berhenti belajar, bahkan seumur hidup. Ketika mantan presiden ke-26 Amerika Serikat Theodore Roosevelt meninggal dunia tahun 1919, ditemukan buku pengetahuan di samping tempat tidurnya. Sampai akhir hayatnya, Theodore masih terus belajar. (Dino Martin)

SUMBER: JOBSTREET.CO.ID